Kementerian ESDM menyatakan bahwa dunia masih bergantung pada sumber daya fosil, seperti produksi batu bara. (Kirka.com)

Dalam sebuah pengungkapan baru-baru ini, Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) menyatakan bahwa dunia masih bergantung pada sumber daya fosil, seperti produksi batu bara, sebagai sumber energi utama, meskipun sedang berupaya mencapai target Net Zero Emissions (NZE). Sebagai negara produsen batu bara terbesar, Indonesia memiliki peran penting dalam dinamika ini.

Dalam wawancara, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menekankan bahwa keberlanjutan sumber daya fosil, khususnya produksi batu bara, tetap menjadi pilihan utama dalam menyokong kebutuhan energi global. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pasokan energi penggantinya, yang dihadapi oleh sejumlah besar negara termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia sendiri.

Meskipun negara-negara berkomitmen untuk mencapai NZE pada tahun 2050, Dadan menyatakan bahwa ini tidak berarti penghentian total penggunaan batu bara. Sebaliknya, negara-negara bergerak untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil, tanpa mengabaikan kebutuhan energi yang masih harus dipenuhi.

Dengan produksi batu bara Indonesia yang terus meningkat, potensi dan tantangan terkait dengan cadangan batu bara masih perlu dianalisa lebih dalam. Dengan asumsi produksi 700 juta ton per tahun, perkiraan umur cadangan batu bara yang masih panjang menjadi pertimbangan krusial dalam menghadapi tantangan transisi energi.

Ezra Leonard Sibarani, Wakil Ketua Umum Indonesia Mining Association (IMA), menyoroti tantangan biaya yang besar dalam transisi energi. Dengan biaya mencapai Rp3.500 triliun, IMA merekomendasikan pertimbangan bijak terkait pemakaian batu bara hingga setelah tahun 2060, sejalan dengan kebutuhan energi dan penggunaan teknologi ramah lingkungan.

Dengan menggunakan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan, pemerintah dapat mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi emisi dan menjaga fleksibilitas ekonomi. Dalam menghadapi tantangan transisi energi, pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan program jangka pendek dan panjang terkait penggunaan batu bara. Sejauh mana produksi batu bara akan tetap relevan dan apa langkah-langkah yang perlu diambil menuju masa depan energi yang berkelanjutan.

Demikian informasi seputar perkembangan kebutuhan produksi batu bara di Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Futurebali.com.