Garuda Indonesia, maskapai nasional Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam pemulihan industri penerbangan setelah dampak pandemi COVID-19. Jumlah penumpang baik dalam penerbangan domestik maupun internasional menunjukkan tren pemulihan yang lambat. Menurut Direktur Layanan dan Niaga Garuda Indonesia, Ade R Susardi, tahun ini rata-rata jumlah penumpang per bulan hanya sekitar 600 ribu, jauh di bawah angka sebelum pandemi yang mencapai 1 juta penumpang per bulan.
Ade R Susardi memperkirakan bahwa jumlah penumpang baru akan pulih pada tahun 2024. Prediksi ini didasarkan pada perubahan pola bepergian masyarakat yang beralih ke penggunaan video conference (vidcon) dan pilihan lain setelah pandemi. Hal ini menyebabkan perjalanan udara menjadi pilihan terakhir bagi beberapa orang.
Meskipun rute penerbangan domestik masih lebih diminati, Garuda Indonesia melihat peningkatan penerbangan internasional sejak pandemi mendapatkan status endemi. Misalnya, liburan dari luar negeri, seperti musim semi di Eropa, menunjukkan peningkatan jumlah penumpang, khususnya pada penerbangan dari Amsterdam.
Selama pandemi COVID-19, jumlah penumpang di seluruh maskapai sempat anjlok drastis menjadi hanya 30 ribu penumpang per bulan. Namun, saat ini Garuda telah mencatatkan pemulihan dengan melayani seluruh rute penerbangan baik domestik maupun internasional. Beberapa rute ke China masih belum beroperasi secara rutin karena pertimbangan profitabilitas.
Dalam menghadapi masa pemulihan, Garuda Indonesia akan berfokus pada studi permintaan dan profitabilitas untuk memutuskan penambahan rute penerbangan internasional. Rencana ini akan dipertimbangkan secara detail dan hati-hati untuk memastikan keberhasilan dan keseimbangan bisnis. Garuda Indonesia tetap optimis menghadapi tantangan pasca-pandemi ini dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi para penumpang, sambil terus melakukan adaptasi dan strategi bisnis yang tepat untuk menghadapi dinamika pasar dan perubahan kebutuhan pelanggan.
