Bali menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak tempat wisata menarik. Industri pariwisata di Bali memang terus meningkat setiap tahunnya. Banyak investor dari berbagai negara menanamkan modalnya di Bali, mulai bidang perhotelan, restrurant, resort, maupun infrastruktur pendukung lainnya.

Mengingat sektor industri pariwisata Bali terus berkembang, kebutuhan listrik di wilayah tersebut juga meningkat. Hal ini yang kemudian membuat PLTU Celukan Bawang Bali mengembangan pembangunan proyek PLTU tahan II.

Sebelumnya wilayah Bali memang sering terjadi krisis listrik dan berdampak buruk terhadap industri pariwisata yang ada. Padahal Bali merupakan salah satu tempat yang memiliki destinasi pariwisata terbai dan pasokan listrik harus selalu tersedia. Banyak hotel atau penginapan yang membutuhkan pasokan listrik yang besar.

Kebutuhan listrik di Bali meningkat dan untuk mengantisipasi krisis listrik tersebut, PLN juga membangun kabel saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV di Celukan Bawang, Bali Utara. Pembangunan tersebut diproyeksikan untuk menghubungkan pasokan listrik di PLTU Celukan Bawang Bali dengan sisitem konskei kelistrikan di Jawa-Bali dengan kapasitas mencapai 380 MW.

Adanya SUTT memang cukup vital karena berguna untuk menjaga keberlangsungan penyaluran listrik dari PLTU Celukan Bawang ke Gardu Induk. Kebutuhan listrik di Bali setiap harinya cukup besar. Menurut daya dari PLN, beban listrik per hari di Bali mencapai 800 MW. Angka tersebut paling banyak adalah industri pariwisata.

Nilai investasi untuk pembangunan PLTU Celukan Bawang Bali mencapai Rp 1,5 triliun dengan kapasitas mencapai 2×330 MW. Proyek pemebangunan pembangkit listrik tahap II ini dilakukan oleh 3 perusahaan diantaranya adalah China Hiadian Engineering Co. Ltd asal Tiongkok dengan nilai saham sebesar 51%, Merryline Intenational Pte. Ltd asal Singapura dengan nilai investasi sebesar 38,49%, dan PT General Energy Indonesia dengan nilai saham sebesar 10,51%.

Untuk kedepannya, jika semua berjalan dengan lancar dan sudah beroperasi maka Bali akan aman dari krisis listrik. Sehingga pasokan listrik akan tetap terjaga dan mampu mendorong kegiatan ekonomi masyarakat maupun pelaku usaha pariwisata di Pulau Dewata.