Indonesia telah menjajaki kemungkinan impor beras dari Kamboja sebanyak 125.000 ton. (Rri.co.id)

Perum Bulog, Badan Urusan Logistik di bawah kepemimpinan Direktur Utama, Budi Waseso tengah berupaya mengeksplorasi opsi impor beras sebanyak 400 ribu ton. Namun, hingga saat ini, upaya ini belum membuahkan hasil dalam menemukan harga yang sesuai untuk impor tersebut. Dalam usahanya, Indonesia juga telah menjajaki kemungkinan impor beras dari Kamboja sebanyak 125.000 ton. Budi Waseso mengungkapkan bahwa harga beras dari Kamboja terlalu tinggi, yang menjadi kendala karena Bulog terikat pada ketentuan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik untuk beras dalam negeri maupun luar negeri.

“Meskipun Kamboja menawarkan 125.000 ton beras kepada kita, permasalahannya adalah harga yang tidak sesuai. Kita tidak dapat membeli dengan harga yang mahal. Inilah yang membuat harga menjadi tidak masuk akal,” ungkapnya saat diwawancarai di Gedung DPR RI pada Rabu (30/8/2023).

Meski begitu, Budi Waseso memastikan bahwa sisa kuota impor beras sebanyak 400 ribu ton tersebut akan dapat diselesaikan pada bulan November ini. “Dengan izin Allah, kita akan mendapatkan pasokan sebelum bulan November. Namun, tidak perlu saya sebutkan negara sumbernya,” tambahnya.

Sebagai informasi, Kementerian Perdagangan Kamboja telah mengumumkan bahwa Indonesia telah menyetujui pembelian 125.000 ton beras giling dari Kamboja, sebagaimana dikutip dari The Star pada Kamis (17/08/23). Pengumuman ini muncul setelah pertemuan antara Menteri Perdagangan Kamboja, Pan Sorasak, dan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Pahala Nugraha Mansury, di Phnom Penh pada hari Rabu kemarin (30/08/23). Bagaimana kelanjutan kebijakan impor beras?

“Dalam pertemuan bilateral ini, Indonesia telah setuju untuk membeli 125.000 ton beras giling dari Kamboja, termasuk 100.000 ton beras putih dan 25.000 ton beras aromatik premium,” demikian pernyataan tersebut.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa Bulog akan bekerja sama dengan Perusahaan Perdagangan Hijau milik negara Kamboja untuk mengekspor beras putih, sementara ID FOOD, perusahaan induk pangan Indonesia, akan menjalin kerja sama dengan anggota Federasi Beras Kamboja untuk membeli beras aromatik premium. “Perihal harga dan kondisi lainnya, kedua belah pihak akan melanjutkan negosiasi dalam waktu dekat,” demikian pernyataan tersebut. Bagaimana menurut Anda soal kebijakan impor beras yang telah dipaparkan sebelumnya?