Airbus yang merupakan produsen pesawat asal Eropa, memiliki rencana untuk membangun pesawat berbahan bakar hidrogen pada tahun 2035. Presiden Airbus Asia-Pasifik, Anand Stanley mengungkapkan bahwa langkah ini diambil untuk mengurangi emisi karbon. Airbus telah aktif berupaya mengurangi emisi dalam beberapa waktu terakhir. Anand menyatakan bahwa pesawat Airbus saat ini memiliki emisi sekitar 25 hingga 40 persen lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang diproduksi 15 tahun lalu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini pesawat Airbus dapat menggunakan hingga 50 persen bahan bakar penerbangan yang berasal dari energi terbarukan. Menurut Anand, penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan dapat mengurangi emisi sebesar 80 persen.
Anand juga menyebutkan bahwa pada tahun 2030, Airbus berencana mendapatkan sertifikasi 100 persen untuk menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan di semua pesawatnya. “Namun yang tak kalah pentingnya, pada tahun 2035, kami sebagai Airbus telah berkomitmen untuk meluncurkan pesawat tanpa emisi, yang akan berbahan bakar hidrogen,” kata Anand dalam acara ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Jakarta pada Rabu (6/9).
Ia optimis bahwa target ini dapat tercapai tepat waktu, karena Airbus adalah perusahaan teknologi yang penuh inovasi. Lebih lanjut, Anand mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia, bersama dengan India dan China, adalah wilayah yang memiliki potensi besar. Ketiga negara tersebut dianggap sebagai pilar utama di kawasan Asia.
Di wilayah ini, potensi industri penerbangan sangat besar, terutama karena pertumbuhan lalu lintas udara yang pesat. Koneksi antara ketiga negara ini tidak mungkin dicapai hanya melalui jalur kereta api atau jalan raya. “Kami memperkirakan akan ada 17 ribu pesawat baru yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan konektivitas di wilayah ini,” tandasnya soal Airbus.