Anak muda Gianyar yang tergabung dalam sosiopreuner Griya Luhu membuat konsep Bank Sampah berbasis aplikasi. Seperti namanya, Griya Luhu artinya Rumah Sampah. Komunitas yang dikoordinir Ida Bagus Mandhara Brasika ini telah menjadi inspirasi bagi semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan yang kerap muncul seperti masalah sampah.
Pria yang tinggal di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Beng, Gianyar ini mengaku sudah sejak lama prihatin dengan kondisi sampah yang ada di Bali. Ia mengaku permasalah sampah sebenarnya sumbernya ada di hulu.
Bagus Mandhara mengungkapkan jika merubah Mind Set masyarakat bahwa sampah harus dipilah sebelum dibuang adalah hal yang perlu perhatikan. Karena selama ini masyarakat hanya membuang sampah dibuang dengan cara dicampur. Itu artinya sampah hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya saja. Dan menurutnya itu bukanlah solusi.
Bagus Mandhara bersama dengan tujuh temannya melakukan sosialisasi ke sekoalah yang ada di Gianyar serta acara PKK untuk mengajak agar dapat memilah sampah sebelum dibuang. Terdapat tiga jenis sampah, yakni sampah organik, anorganik, serta sampah yang dapat di daur ulang (recycle).
Melalui Griya Luhu, sampah yang dibuang ke TPA hanya jenos anorganik. Sedangkan untuk sampah organik dan recycle akan diolah kembali. Misalnya saja sampah plastik dapat dijual ke pengepul, kemudian sampah perca dapat didaur ulang menjadi keset. Dalam mendaur ulang keset, Griya Luhu memberdayakan ibu-ibu PKK di wilayah Kintamani.
Adapun bank sampah yang dibuat berbasis aplikasi adalah simalu.id. Aplikasi tersebut bekerja sama dengan komunitas di Unud. Dalam aplikasi tersebut, masyarakat dapat memahami bagaimana memanajemen sampah.
Aplikasi tersebut dapat diunggah di PlayStore. Keunggulan dari aplikasi tersebut adalah data nasabah akan tersimpan rapi. Jika biasanya bank sampah dilakukan secara manual dalam mencatat nasabah, maka dengan aplikasi tersebut semua nasabah akan ter record dengan mudah. Selain itu, terdapat fitur untuk penjemputan sampah yang dilakukan secara online. Jadi masyarakat cukup mengisi berapa kilogram sampah yang dimiliki, kemudian tentukan waktu penjemputan.