Pelemahan harga batu bara disertai dengan ancaman puncak permintaan bahan bakar fosil pada tahun 2030. (Kompas.com)

Harga batu bara telah mengalami penurunan yang signifikan, mencapai level terendah dalam tiga bulan terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah faktor termasuk penurunan konsumsi energi dan rencana kenaikan produksi tenaga angin di Eropa, serta prospek penurunan permintaan global untuk batu bara.

Pasar batu bara ICE Newcastle mengalami penurunan sebesar 3,72% dengan harga mencapai US$134,65 per ton, merupakan angka terendah sejak Juli 2023. Pelemahan harga batu bara tersebut disertai dengan ancaman puncak permintaan bahan bakar fosil pada tahun 2030, menurut International Energy Agency (IEA), yang dipengaruhi oleh pertumbuhan mobil listrik dan perubahan pola konsumsi energi Tiongkok.

Tiongkok, sebagai konsumen terbesar batu bara, mengalami peningkatan produksi sebesar 3% sejak awal tahun. Fenomena serupa terjadi di India, dengan pasokan harian batu bara yang melampaui rata-rata konsumsi harian, mengakibatkan peningkatan stok dan penurunan tingkat impor.

Meskipun ada kendala seperti keterlambatan dalam penyetujuan kuota produksi tambahan dan masalah logistik di Indonesia, sentimen pasar masih belum cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga batu bara di tingkat global. Hal ini menunjukkan perlunya pengaturan pasar yang lebih hati-hati dan kebijakan yang memperhatikan permintaan dan produksi secara lebih efisien di masa mendatang.

Demikian infromasi seputar pergerakan harga batu bara. Untuk berita ekonomi dan bisnis terkini lainnya hanya di Futurebali.com.