Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan penawaran blok migas tahap II tahun 2024, dengan estimasi potensi cadangan mencapai 48 miliar barel setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE). Dari enam blok yang dilelang, dua blok di Papua Barat, yakni Blok Gaea dan Gaea II, menjadi sorotan utama karena potensi cadangan gasnya yang mencengangkan.
Menurut Pelaksana Tugas Dirjen Migas Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana potensi gas dari kedua Blok Gaea dan Gaea II mencapai 106,9 Triliun Cubic Feet (TCF), jauh melampaui cadangan gas terbesar Indonesia di Natuna (46 TCF) dan Masela (18,5 TCF).
Blok Gaea menyimpan cadangan gas sebesar 71,8 TCF dan 9,6 miliar barel minyak (BBO), sedangkan Gaea II memiliki 35,1 TCF gas dan 8,5 BBO minyak.
“Dua blok ini menjadi yang terbesar dalam lelang kali ini, dengan potensi luar biasa di angka 30-an miliar barel ekuivalen,” ujar Dadan di kantor SKK Migas, Selasa (4/12).
Pemerintah menawarkan skema kontrak cost recovery dengan bagi hasil menarik: 55:45 untuk minyak dan 50:50 untuk gas. Selain itu, pemerintah memberikan insentif seperti penurunan bonus tanda tangan menjadi hanya USD 200-300 ribu dari sebelumnya USD 1-2 juta.
Dadan menegaskan bahwa optimisme pemerintah terhadap lelang ini didukung oleh kemudahan fasilitas, regulasi yang pro-investasi, serta mekanisme lelang langsung. Hal ini memastikan bahwa kedua blok tersebut hampir pasti memiliki operator setelah joint study sebelumnya.
Lelang Blok Gaea dan Gaea II dibuka hingga 17 Januari 2025 untuk mekanisme penawaran langsung, sementara mekanisme reguler memiliki batas waktu lebih panjang hingga 10 April 2025. Pemerintah berharap, blok ini mampu mendongkrak produksi migas nasional secara signifikan.
Blok Gaea dan Gaea II tidak hanya membawa harapan bagi industri migas Indonesia tetapi juga menjadi bukti potensi besar Papua Barat dalam menopang ketahanan energi nasional.
Demikian informasi seputar Blok Gaea dan Gaea II di Papua. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Futurebali.Com.