Kebijakan produksi BBM rendah sulfur telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Dirjen Migas No. 447.K/2023 dan No. 110.K/2022. (Pertamina.com)

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memperkirakan kebutuhan investasi sebesar US$2,5 miliar atau setara Rp38,4 triliun guna membangun infrastruktur kilang yang mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur. Produksi BBM rendah sulfur merupakan bagian dari langkah strategis pemerintah dalam mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Indonesia.

Kebijakan terkait produksi BBM rendah sulfur telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Dirjen Migas No. 447.K/2023 dan No. 110.K/2022. Berdasarkan aturan tersebut, batasan maksimal kandungan sulfur untuk solar atau gasoil adalah 50 parts per million (ppm) mulai 1 Desember 2027, sedangkan untuk bensin atau gasoline akan mulai berlaku pada 1 Januari 2028.

Hal itu sejalan dengan standar internasional, di mana BBM dengan kandungan sulfur rendah memiliki dampak yang lebih positif terhadap lingkungan.

Hermansyah Y Nasroen, Corporate Secretary KPI, menyatakan bahwa produk Pertamina yang sudah memenuhi standar kandungan sulfur di bawah 50 ppm saat ini adalah Pertamax Turbo dan Pertamina Dex.

Namun, untuk mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah, Pertamina telah dan sedang melaksanakan proyek pembangunan Diesel Hydrotreated (DHT) dan Gasoline Sulfur Hydrotreater (GSH) di berbagai kilang.

Salah satu proyek utama yang sedang dijalankan adalah Refinery Development Master Plan (RDMP) di Balikpapan, yang direncanakan akan selesai pada 2025. Proyek ini akan memproduksi BBM rendah sulfur berkualitas setara dengan standar Euro5, yang memiliki kandungan emisi yang lebih rendah dan ramah lingkungan.

Selain itu, proyek unit DHT sedang dikembangkan di Kilang Cilacap dan Dumai untuk memproduksi solar dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm. Sementara itu, pembangunan unit GSH untuk produksi bensin rendah sulfur juga tengah dilakukan di Kilang Plaju dan Balongan.

Menurut Hermansyah, proyek DHT di Cilacap sudah memasuki tahap Final Investment Decision (FID), sementara proyek GSH di Plaju dan Balongan sedang dalam tahap Front End Engineering Design (FEED). Semua proyek ini merupakan komitmen KPI dalam mendukung pengurangan emisi, sejalan dengan prinsip environment, social, and governance (ESG) yang diterapkan perusahaan.

Demikian informasi seputar investasi PT KPI untuk sokongan produksi BBM rendah sulfur. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Futurebali.Com.