Biaya untuk mengubah batu bara menjadi DME diperkirakan mencapai 0,4 hingga 0,5 dolar AS per liter. (Kontan.co.id)

Proyek DME batu bara untuk substitusi gas alam cair (LPG) di Indonesia kini tengah mendapat sorotan tajam. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai bahwa proyek ini tidak ekonomis.

Menurutnya, biaya untuk mengubah batu bara menjadi DME diperkirakan mencapai 0,4 hingga 0,5 dolar AS per liter. Biaya tersebut hanya dapat dicapai jika harga batu bara yang digunakan untuk proses gasifikasi sangat rendah.

Fabby menjelaskan bahwa meskipun harga batu bara yang murah dapat membuat proyek ini lebih ekonomis, hal tersebut justru mengarah pada kebutuhan subsidi.

“Jika batu bara dan harga jual DME disubsidi, maka beban APBN akan semakin besar dalam jangka panjang,” ujar Fabby dalam wawancara dengan Kompas pada Selasa (4/3/2025).

Selain masalah ekonomi, proyek DME batu bara juga dihadapkan pada risiko pasar yang besar. Fabby menambahkan, offtaker—pihak yang membeli hasil DME—biasanya menginginkan kontrak jangka panjang. Namun, ketidakpastian dalam permintaan gas di masa depan menambah tantangan bagi kelangsungan proyek ini.

Selain itu, proses gasifikasi batu bara menjadi DME juga menghasilkan emisi karbon yang cukup signifikan, sekitar 3,5 ton CO2 per ton DME.

Bahkan, realisasi proyek DME dari batu bara dianggap bisa menghambat transisi energi bersih di Indonesia. Fabby memperingatkan bahwa proyek ini justru akan memperburuk ketergantungan negara pada energi fosil, yang bertentangan dengan upaya global untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Meski demikian, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang dipimpin oleh Bahlil Lahadalia, tetap melanjutkan proyek ini sebagai bagian dari strategi hilirisasi.

Proyek DME batu bara itu akan didanai oleh anggaran negara dan swasta domestik, tanpa ketergantungan pada investasi asing. Pemerintah berharap proyek ini dapat mendukung ketahanan energi nasional dan menciptakan lapangan kerja.

Namun, dengan tantangan ekonomi dan lingkungan yang ada, Fabby Tumiwa mendesak agar pemerintah mengevaluasi kembali kelayakan proyek DME batu bara demi menjaga keberlanjutan energi dan lingkungan Indonesia.

Demikian informasi seputar perkembangan proyek DME batu bara di Indonesai. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Futurebali.Com.