PT Kayan Hydro Energy (PT KHE) mengumumkan bahwa sejumlah perusahaan dari Jepang menunjukkan ketertarikannya untuk menanamkan modal pada proyek besar bendungan PLTA Kayan Cascade yang berlokasi di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Sapta Nugraha, Direktur Operasional PT Kayan Hydro Energy (KHE), menyatakan bahwa perusahaan sedang dalam tahap penjajakan dengan calon investor baru dari Jepang, terutama setelah Sumitomo secara resmi menghentikan kerja sama investasi dalam pengembangan PLTA Kayan Cascade.

Sumitomo, perusahaan asal Jepang, sebelumnya telah bekerja sama dengan PT KHE dalam proyek PLTA Kayan Cascade sejak tahun 2022. Namun, kemitraan tersebut berakhir pada kuartal pertama tahun 2024, kurang dari dua tahun setelah dimulai.

Meskipun Sumitomo mundur, KHE tidak menyerah dan kini sedang berupaya menarik investor baru dari Jepang untuk proyek PLTA Cascade, termasuk melalui pertemuan bisnis dengan sejumlah perusahaan ternama dari negara tersebut.

“Rata-rata perusahaan Jepang yang hadir pada malam hari ini tertarik dengan proyek PLTA Cascade. Semoga setelah pertemuan ini akan ada kabar baik bagi kami,” ucap Sapta usai acara Business Dinner on an Investment Opportunity in Kayan Hydro Power Energy di Jakarta pada  Senin (19/8).

Pertemuan Bisnis Investasi Kayan Hydro Power Energy

Pertemuan bisnis tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, seperti Naofumi Yasuda (Perwakilan Utama dari Itochu Corporation), Mamoru Suzuka (Direktur PT Sojitz Indonesia), Hisahiro Takeuchi (Chairman dan Presiden Direktur PT Matlamat Cakera Canggih, bagian dari Marubeni Corporation), dan Hironori Takahashi (Perwakilan Utama Kantor Jakarta dari Electric Power Development Co. Ltd.).

Selain itu, turut hadir Hiroshi Hashiuchi (Manajer Eksekutif Umum dari Tokyo Electric Power Company, Renewable Power), Takechi Muramatsu (Kepala Solusi Energi Indonesia dari Sumitomo Corporation), Masahiko Umesaki (Kepala Grup Pengembangan Proyek Divisi Bisnis Internasional Kansai Electric Power Co. Ltd.), serta perwakilan dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang.

Investasi yang Dibutuhkan untuk Pembangunan Kayan 1

Secara keseluruhan, estimasi investasi yang diperlukan untuk pembangunan Kayan 1 diperkirakan mencapai US$17,8 miliar atau sekitar Rp275,9 triliun (berdasarkan kurs Rp15.500 per dolar AS). Anggaran tersebut mencakup pembangunan infrastruktur pendukung, seperti jalur transmisi dan gardu induk, dengan total kapasitas mencapai 9.000 megawatt (MW).

Di sisi lain, Eko Hadipermana, perwakilan dari holding perusahaan yang mengelola PT KHE, menyatakan bahwa forum ini bertujuan untuk membangun kemitraan setara dengan pihak Jepang.

“Kami berada dalam posisi yang sama dengan mereka [Jepang]. Bukan hanya sekadar mencari investor, tapi kami juga berinvestasi dan berkomitmen dalam proyek ini,” jelas Eko.

Walaupun KHE sedang berusaha menarik investor dari Jepang untuk proyek PLTA Kayan Cascade, perusahaan tetap berusaha mempertahankan kendali atas proyek tersebut dengan dukungan dari pemerintah.

Deputi Menteri Koordinator Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Edi Prio Pambudi, menekankan bahwa pemerintah akan terus mendukung dan mendorong KHE untuk memastikan Indonesia tetap sebagai pengendali utama dalam proyek PLTA Kayan.

“Pengelolaan Sungai Kayan sangat penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Kami tidak ingin sungai ini dikendalikan oleh pihak luar,” pungkas Edi.

Demikianlah informasi mengenai perusahaan Jepang yang lirik PLTA Kayan di Pulau Kalimantan. Saat ini PT KHE milik Tjandra Limanjaya masih terus menarik para investor untuk menyuntikkan dana dalam pembangunan PLTA Kayan Cascade.