Padukan Musik dan Yoga di Bali Mandara Mahalango (BMM) V, Sanggar Bona Alit, Banjar Bona Kelod, Desa Bona, Blahbatuh, Gianyar menebar kedamaian. Bali Mandara Mahalango V diselenggarakan Madya Mandala, Taman Budaya-Art Center, Denpasar.

Dari penampilan Sanggar Bona Alit ini kita dapat menangkap kesatuan pesan, bahwa apabila kita mau memuja keharmonian, maka melalui kesenian salah satunya.

Sanggar Bona Alit menggarap musik yang dikolaborasikan dengan gambelan dengan beberapa lagu tradisional, lagu nasional bahkan lagu barat hingga yoga. Pementasannya disiapkan dengan sangat apik. Diawali dengan tarian bertajuk “Hening” memberikan suasana yang damai dan tenang. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian lembut bertajuk “Taksu” yang dinyanyikan oleh Gung Ocha.

Gamelan inovatif pun dihadirkan yang berjudul Melasti dan Adi Jenaka. Puncak kolaborasi musik dan yoga terlihat dalam fragmentary ”Sutasoma”. Sutasoma adalah seorang yang mengutamakan keharmonian. Jadi dengan sajian Gni Radiya-nya itu, dia adalah seorang pengagum rasa yang sesungguhnya. Pesannya, keheningan menjadikan manusia lebih mudah mengendalikan diri dalam menjalani kehidupan.

Pengamat seni, I Nyoman Astita mengatakan, dari bentuk yang kita lihat ini rupanya Bona Alit ini meracik semua itu menjadi satu keutuhan. Keutuhan yang dimaksud dilihat dari perjalanan yang dimulai lagu klasik, kemudian mulai ada dinamika perkembangan ke zaman now. Setelah itu kembali lagi pada yang klasik. Garapan klasik ini pun digarap dengan racikan modern.

“Dari penampilan Sanggar Bona Alit ini kita dapat menangkap kesatuan pesan, bahwa apabila kita mau memuja keharmonian, maka melalui kesenian salah satunya. Jadi dengan berkesenian kita dapat mendamaikan kehidupan kita di dunia ini. Rasa dibuat menjadi seimbang, baik untuk kehidupan, untuk aktivitas untuk berkarya dan sebagainya,” ujar Astita.

Sanggar Bona Alit sejatinya tidak asing. Sanggar ini telah telah melanglang buana ke mancanegara seperti Australia, Jepang, Shanghai Festival, dan negara lainnya. Sanggar Bona Alit yang telah berdiri sejak tahun 1996 itu mencoba untuk menggebrak seni musik tradisi. Tidak hanya alat musik yang dibuat sendiri, nada-nada gamelan pun turut dibuat sendiri sehingga alat musik gambelan pun dapat menyesuaikan dengan musik tradisi maupun modern.